MAKALAH KERAJAAN-KERAJAAN YANG PERNAH JAYA DI INDONESIA
MAKALAH
KERAJAAN-KERAJAAN YANG
PERNAH JAYA DI INDONESIA
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT tuhan semesta alam, karena berkat Rahmat dan karunia Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan semua umatnya. Makalah yang berjudul Kerajaan-Kerajaan yang pernah jaya di Indonesia ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata pelajaran IPS.
Semoga makalah ini bisa memberikan makna dan manfaat terutama untuk Bapak Ibu Guru dan teman-teman sekalian. Kami menyadari bahwa makalah yang telah ditulis ini mungkin masih jauh dari kesempurnaan karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata, untuk itu kritik dan saran dari bapak/ibu guru maupun taman-teman sangat berarti demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Pancatengah,
Januari 2019
Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerajaan-kerajaan di Indonesia mengalami pertumbuhan dan perkembangan menjadi bentuk-bentuk kesatuan besar. Perkembangan dan pertumbuhan tersebut tidak terlepas dari keberadaan kerajaan-kerajaan di Indonesia seperti hindu, budha, dan islam. Keberadaan kerajaan-kerajaan tersebut telah mewarnai sejarah kerajaan di Indonesia. Kerajaan-kerajaan di indonesia sangat banyak memberikan pengaruh terhadap masyarakat Indonesia pada umumnya.
Kerajaan-kerajaan di Indonesia mengalami pertumbuhan dan perkembangan menjadi bentuk-bentuk kesatuan besar. Perkembangan dan pertumbuhan tersebut tidak terlepas dari keberadaan kerajaan-kerajaan di Indonesia seperti hindu, budha, dan islam. Keberadaan kerajaan-kerajaan tersebut telah mewarnai sejarah kerajaan di Indonesia. Kerajaan-kerajaan di indonesia sangat banyak memberikan pengaruh terhadap masyarakat Indonesia pada umumnya.
Pada zaman kerajaan berkembang
Agama Hindu lah yang pertama masuk ke Indonesia dengn diperkirakan pada awal
Tarikh Masehi dan terus berkembang sampai kerajaan-kerajaan Islam bermunculan.
Sedangkan kerajaan Islam di Indonesia diperkirakan kejayaannya berlangsung
antara abad ke-13 sampai dengan abad ke-16. Timbulnya kerajaan-kerajaan
tersebut didorong oleh maraknya lalu lintas perdagangan laut dengan
pedagang-pedagang Islam dari Arab, India, Persia, Tiongkok, dll. Kerajaan
tersebut dapat dibagi menjadi berdasarkan wilayah pusat pemerintahannya, yaitu
di Sumatera, Jawa, Maluku, dan Sulawesi.
1.2 Rumusan
Masalah
1
Kerajaan-kerajaan apa saja yang ada di indonesia?
2.
Bagaimana bentuk kebudayaan kerajaan-kerajaan di indonesia?
BAB II
PEMBAHASAN
2. Kerajaan-Kerajaan Di Indonesia
Masuk dan berkembangnya agama hindu, buddha dan islam ke Indonesia tidak hanya mempengaruhi ke agamaan, akan tetapi telah melembaga dan membangun struktur kemasyarakatan dalam bentuk negara kerajaan. Negara kerajaan Hindu-Buddha berkembang selama lebih kurang sepuluh abad, begitu pula dengan kerajaan islam.
Kerajaan
di Indonesia yang pertama berkembang di Indonesia yaitu kerajaan Hindu dan
Buddha sedangkan sistem perekonomian yang di gunakan pada waktu itu adalah
perdagangan, sehingga hubungan dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih
jauh seperti India, China dan wilayah Timur Tengah pun bisa terjalin. Berikut
daftar kerajaan di Indonesia:
2.1 Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu yang berdiri sekitar abad ke-4 Masehi di Muara Kaman, Kalimantan Timur. Diperkirakan kerajaan kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan ini dibangun oleh Kudungga.Peninggalan terpenting kerajaan Kutai adalah 7 Prasasti Yupa, dengan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta, dari abad ke-4 Masehi. Salah satu Yupa mengatakan bahwa “Maharaja Kundunga mempunyai seorang putra bernama Aswawarman yang disamakan dengan Ansuman (Dewa Matahari). Aswawarman mempunyai tiga orang putra. yang paling terkemuka adalah Mulawarman.” Salah
satu prasastinya juga menyebut kata Waprakeswara
yaitu tempat pemujaan terhadap Dewa Syiwa.
2.2 Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegera di Jawa Barat hampir bersamaan waktunya dengan Kerajaan Kutai. Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382 – 395). Maharaja Purnawarman adalah raja Tarumanegara yang ketiga (395 – 434 M). Menurut Prasasti Tugu pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km).
2.3 Kerajaan Kalingga
Kalingga berasal dari kata kalinga,nama sebuah kerajaan di india selatan, yang didirikan oleh beberapa kelompok orang lain dari india yang berasal dari orissa, mereka melarikan diri karena daerah orissa dihancurkan oleh Maharaga Asoka. Kerajaan ini didirikan pada abad ke-6 dan dibubarkan pada abad ke-7.
Kerajaan kalingga
diperkirakan terletak di jawa tengah, di kecamatan keling sebelah utara gunung
muria, Sekarang letak nya dekat dengan kabupaten pekalongan dan kabupaten
jepara. Ibu kota dari kerajaan kalingga adalah keling(jepara), bahasa yang
digunakan kerajaan kalingga yaitu, melayu kuna sanskerta, agama yang dianut
kerajaan kalingga yaitu, hindu dan buddha. Sebenarnya agama yang dianut oleh
penduduk kerajaan ini umumnya buddha, karena agama buddha berkembang pesat pada
saat itu,bahkan pendeta cina datang ke keling dan tinggal selama tiga tahun.
Ratu Sima adalah penguasa di
Kerajaan Kalingga. Ia di gambarkan sebagai seorang pemimpin wanita
yang tegas dan taat terhadap peraturan yang berlaku dalam kerajaan
itu. Ratu sima memerintah sekitar tahun 674-732 m.
Berita tentang ketegasan hukum
ratu sima, raja yang bernama T-shih ia adalah kaum muslim arad dan persia, ia
menguji kebenaran berita yang ia dengar.beliau memerintahkan anak buahnya untuk
meletakkan satu kantong emas di jalan wilayah kerajaan kalingga. Selama tiga
tahun kantong tersebut tidak ada yang menyentuh, jika ada yang melihat kantong
itu ia berusaha menyingkir.
Tetapi pada suatu hari, putra mahkota tidak sengaja menginjak
kantong tersebut hingga isinya berceceran. Mendengar kejadian tersebut ratu
sima marah, dan memerintahkan agar putra mahkota dihukum mati. Tetapi karena
para menteri memohon agar putra mahkota mendapat pengampunan. Akhirnya ratu
sima hanya memerintahkan agar jari putra mahkota yang menyentuh kantong emas
tersebut di potong,hal ini menjadi bukti ketegasan ratu sima.
Masa kejayaan kerajaan kalingga :
Masa kepemimpinan Ratu sima
menjadi masa keemasan bagi kerajaan kalingga sehingga membuat raja-raja dari
kerajaan lain segan, hormat, kagum, sekaligus penasaran. Masa masa itu adalah
masa keemasan bagi perkembangan kebudayaan apapun. Agama buddha juga berkembang
secara harmonis, sehingga wilayah di sekitar kerajaan Ratu Sima juga sering
disebut Di Hyang(tempat bersatunya dua kepercayaan hindu dan buddha).
Dalam bercocok tanam Ratu Sima mengadopsi sistem pertanian dari
kerajaan kakak mertuanya. Ia merancang sistem pengairan yang diberi nama subak.
Kebudayaan baru ini yang kemudian melahikan istilah Tanibhala, atau masyarakat
yang mengolah mata pencahariannya dengan cara bertani atau bercocok tanam.
Masa kehancuran kerajaan
kalingga :
Kerajaan kalingga mengalami kemunduran kemungkinan akibat serangan
sriwijaya yang menguasai perdagangan, serangan tersebut mengakibatkan
pemerintahan kijen menyingkir ke jawa bagian timur atau mundur ke pedalaman
jawa bagian tengah antara tahun 742-755 M. Bersama melayu dan tarumanegara yang
sebelumnya telah ditaklukan kerajaan Sriwijaya. Ketiga kerajaan tersebut
menjadi pesaing kuat jaringan perdagangan Sriwijaya-Buddha.
2.4 Kerajaan
Sriwijaya
Sriwijaya
merupakan kerajaan yang bercorak agama Budha. Raja yang pertamanya bernama Sri
Jaya Naga, sedangkan raja yang paling terkenal adalah Raja Bala Putra Dewa. Letaknya
yang strategis di Selat Malaka (Palembang) yang merupakan jalur pelayaran dan
perdagangan internasional.Keadaan alam Pulau Sumatera dan sekitarnya pada abad
ke-7 berbeda dengan keadaan sekarang. Sebagian besar pantai timur baru
terbentuk. Oleh karena itu Pulau Sumatera lebih sempit bila dibandingkan dengan
sekarang, sebaliknya Selat Malaka lebih lebar dan panjang.
2.5 Kerajaan Mataram Kuno
Kerajaan Mataram Kuno atau disebut dengan Bhumi Mataram. Pada awalnya terletak di JawaTengah. Daerah Mataram dikelilingi oleh banyak pegunungan dan di tengahnya banyak mengalir sungai besar diantaranya sungai Progo, Bogowonto, Elo,dan Bengawan Solo. Keadaan tanahnya subur sehingga pertumbuhan penduduknya cukup pesat.
Kerajaan Mataram diketahui dari
Prasasti Canggal yang berangka tahun 732 Masehi yang ditulis dalam huruf
Pallawa dan bahasa Sansekerta. Dalam prasasti itu disebutkan bahwa pada mulanya
Jawa (Yawadwipa) diperintah oleh Raja Sanna. Setelah ia wafat Sanjaya naik
tahta sebagai penggantinya. Sanjaya adalah putra Sannaha (saudara perempuan
Sanna).
2.6 Kerajaan Kediri / Kadiri
Pada akhir pemerintahannya Airlangga kesulitan dalam menunjuk penggantinya, sebab Putri Mahkotanya bernama Sanggramawijaya menolak menggantikan menjadi raja. la memilih menjadi seorang pertapa. Maka tahta diserahkan kepada kedua orang anak laki-lakinya, yaitu Jayengrana dan Jayawarsa. Untuk menghindari perselisihan di antara keduanya maka kerajaan di bagi dua atas bantuan Pu Barada yaitu Jenggala dengan ibukotanya Kahuripan dan Panjalu dengan ibukotanya Daha (Kadiri). Sampai setengah abad lebih sejak Airlangga mengundurkan diri tidak ada yang dapat diketahui dari kedua kerajaan itu. Kemudian hanya Kadiri yang menunjukkan aktifitas politiknya. Raja pertama yang muncul dalam pentas sejarah adalah Sri Jayawarsa dengan prasastinya yang berangka tahun 1104 M.
2.7 Kerajaan Singasari
Kerajaan Singasari didirikan oleh Ken Arok. Dalam kitab Pararaton Ken Arok digambarkan sebagai seorang pencuri dan perampok yang sakti, sehingga menjadi buronan tentara Tumapel. Setelah mendapatkan bantuan dari seorang Brahmana, Ken Arok dapat mengabdi kepada Akuwu (bupati) di Tumapel bernama Tunggul Ametung. Setelah berhasil membunuh Tunggul Ametung, Ken Arok menggantikannya sebagai penguasa Tumapel. Ia juga menjadikan Ken Dedes, istri Tunggul Ametung, sebagai permaisurinya. Pada waktu itu Tumapel masih berada di bawah kekuasaan Kerajaan Kadiri.
2.8 Kerajaan Majapahit
Setelah Kertanegara terbunuh oleh Jayakatwang, 1292. Raden Wijaya menantu Kertanegara berhasil melarikan diri ke Madura untuk minta bantuan Arya Wiraraja, bupati Sumenep. Atas nasihat Arya Wiraraja, Raden Wijaya menyerahkan diri kepada Jayakatwang. Atas jaminan dari Arya Wiraraja, Raden Wijaya diterima dan diperbolehkan membuka hutan Tarik yang terletak di dekat Sungai Brantas. Dengan bantuan orang-orang Madura, pembukaan hutan Tarik dibuka dan diberi nama Majapahit.[1]
Berdirinya
kerajaan Majapahit adalah usaha dan perjuangan Raden Wijaya dibantu
pengikutnya. iamampu memanfaatkan kedatangan tentara Cina Mongol (Kubilai Khan)
yang datang ke Pulau Jawauntuk menghukum Kertanegara. Kedatangan pasukan
Kubilai Khan, dimanfaatkan untuk menyerang Jayakatwang di Kadiri, sehingga
kekalahan Kertanegara dapat terbalaskan karenaJayakatwang akhirnya meninggal di
Ujung Galuh. Sedangkan pasukan Kubilai Khan melalui tipumuslihat Raden Wijaya
dapat diusir dari pulau Jawa tahun 1293.
2.9 Kerajaan Buleleng
Kerajaan Buleleng adalah suatu kerajaan di Bali utara. Kerajaan ini didirikan sekitar pertengahan abad ke-17. Kerajaan ini dibangun oleh I Gusti Anglurah Panji Saktidari Wangsa Kepakisan (panji sakti) dengan cara menyatukan seluruh wilayah-wilayah Bali Utara yang sebelumnya dikenal dengan nama Den Bukit.
I Gusti Anglurah Panji Sakti, yang sewaktu kecil bernama I Gusti Gede Pasekan adalah putra I Gusti Ngurah Jelantik dari seorang selir bernama Ni Luh Pasek berasal dari Desa Panji wilayah Den Bukit. I Gusti Panji memiliki kekuatan supra natural dari lahir. I Gusti Ngurah Jelantik merasa khawatir kalau I Gusti Ngurah Panji kelak akan menyisihkan putra mahkota. Dengan cara halus I Gusti Ngurah Panji yang masih berusia 12 tahun disingkirkan ke Den Bukit, ke desa asal ibunya, Desa Panji. I Gusti Ngurah Panji menguasai wilayah Den Bukit dan menjadikannya Kerajaan Buleleng, yang kekuasaannya pernah meluas sampai ke ujung timur pulau Jawa (Blambangan). Setelah I Gusti Ngurah Panji Sakti wafat pada tahun 1704, Kerajaan Buleleng mulai goyah karena putra-putranya punya pikiran yang saling berbeda.
Kerajaan Buleleng tahun 1732 dikuasaiKerajaanMengwi namun kembali merdeka pada tahun 1752. Selanjutnya jatuh ke dalam kekuasaan raja Karangasem 1780. Raja Karangasem, I Gusti Gde Karang membangun istana dengan nama Puri Singaraja. Raja berikutnya adalah putranya bernama I Gusti Pahang Canang yang berkuasa sampai 1821. Kekuasaan Karangasem melemah, terjadi beberapa kali pergantian raja. Tahun 1825 I Gusti Made Karangsem memerintah dengan Patihnya I Gusti Ketut Jelantik sampai ditaklukkan Belanda tahun 1849. Pada tahun 1846Buleleng diserang pasukan Belanda, tetapi mendapat perlawanan sengit pihak rakyat Buleleng yang dipimpin oleh Patih / Panglima Perang I Gusti Ketut Jelantik.
Pada tahun 1848 Buleleng
kembali mendapat serangan pasukan angkatan
laut
Belanda di Benteng Jagaraga. Pada serangan ketiga, tahun 1849 Belanda dapat
menghancurkan benteng Jagaraga dan akhirnya Buleleng dapat dikalahkan Belanda.
Sejak itu Buleleng dikuasai oleh pemerintah kolonial Belanda.
2.10 Kerajaan Tulang Bawang
Kerajaan Tulangbawang adalah salah suatu kerajaan yang pernah berdiri di Lampung. Kerajaan ini berlokasi di sekitar Kabupaten Tulang Bawang, Lampung sekarang. Tidak banyak catatan sejarah yang memberikan keterangan mengenai kerajaan ini. Musafir Tiongkok yang pernah mengunjungi Nusantara pada abad VII, yaitu I Tsing yang merupakan seorang peziarah Buddha, dalam catatannya menyatakan pernah singgah di To-Lang P'o-Hwang ("Tulangbawang"), suatu kerajaan di pedalaman Chrqse (Pulau Sumatera). Namun Tulangbawang lebih merupakan satu Kesatuan Adat. Tulang Bawang yang pernah mengalami kejayaan pada Abad ke VII M. Sampai saat ini belum ada yang bisa memastikan pusat kerajaan Tulang Bawang, namun ahli sejarah Dr. J. W. Naarding memperkirakan pusat kerajaan ini terletak di hulu Way Tulang Bawang (antara Menggala dan Pagardewa) kurang lebih dalam radius 20 km dari pusat kota Menggala.
Seiring dengan makin berkembangnya kerajaan Che-Li-P'oChie (Sriwijaya), nama Kerajaan Tulang Bawang semakin memudar. Tidak ada catatan sejarah mengenai kerajaan ini yang ada adalah cerita turun temurun yang diketahui oleh penyimbang adat, namun karena Tulang Bawang menganut adat Pepadun, yang memungkinkan setiap khalayak untuk berkuasa dalam komunitas ini, maka Pemimpin Adat yang berkuasa selalu berganti ganti Trah. Hingga saat ini belum diketemukan benda benda arkeologis yang mengisahkan tentang alur dari kerajaan ini.
Kerajaan Tulang Bawang merupakan salah satu kerajaan Hindu tertua di Nusantara. Tidak banyak catatan sejarah yang mengungkap fakta tentang kerajaan ini. Sebab, ketika Che-Li-P‘oChie (Kerajaan Sriwijaya) berkembang, nama dan kebesaran Kerajaan Tulang Bawang justru pudar. Menurut catatan Tiongkok kuno, sekitar pertengahan abad ke-4 pernah ada seorang Bhiksu dan peziarah bernama Fa-Hien (337-422), ketika melakukan pelayaran ke India dan Srilangka, terdampar dan pernah singgah di sebuah kerajaan bernama To-Lang P‘o-Hwang (Tulang Bawang), tepatnya di pedalaman Chrqse(Sumatera).
Sumber lain menyebutkan bahwa ada seorang pujangga Tiongkok bernama I-Tsing yang pernah singgah di Swarna Dwipa(Sumatera). Tempat yang disinggahinya ternyata merupakan bagian dari Kerajaan Sriwijaya. Ketika itu, ia sempat melihat daerah bernama Selapon. Ia kemudian memberi nama daerah itu dengan istilahTolaP‘ohwang. Sebutan TolaP‘ohwangdiambil dari ejaan Sela-pun. Untuk mengejanya, kata ini di lidah sang pujangga menjadi berbunyi so-la-po-un. Orang China umumnya berasal dari daerah Ke‘. I-Tsing, yang merupakan pendatang dari China Tartar dan lidahnya tidak bisa menyebutkan So, maka ejaan yang familiar baginya adalah To. Sehingga, kata solapunatau selapon disebutkan dengan sebutanTolaP‘ohwang. Lama kelamaan, sebutan itu menjadi TolangPowang atau kemudian menjadi Tulang Bawang.
Kerajaan Sriwijaya merupakan federasi atau gabungan antara Kerajaan Melayu dan Kerajaan Tulang Bawang (Lampung). Pada masa kekuasaan Sriwijaya, pengaruh ajaran agama Hindu sangat kuat. Orang Melayu yang tidak dapat menerima ajaran tersebut, sehingga mereka kemudian menyingkir ke Skala Brak. Namun, ada sebagian orang Melayu yang menetap di Megalo dengan menjaga dan mempraktekkan budayanya sendiri yang masih eksis. Pada abad ke-7, nama TolaP‘ohwang diberi nama lain, yaituSelampung, yang kemudian dikenal dengan nama Lampung.
Hingga kini, belum ada orang atau pihak yang dapat memastikan di mana pusat Kerajaan Tulang Bawang berada. Seorang ahli sejarah, Dr. J. W. Naarding memperkirakan pusat kerajaan ini terletak di Way Tulang Bawang, yaitu antara Menggala dan Pagar Dewa, yang jaraknya sekitar radius 20 km dari pusat Kota Menggala. Jika ditilik secara geografis masa kini, kerajaan ini terletak di Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi Lampung.
2.11 Kerajaan
Kota Kapur
Jika dilihat dai hasil temuan
dan penelitian tim arkeologi yang dilakukan di Kota Kapur, Pulau Bangka, yaitu
pada tahun 1994, dapat diperoleh suatu petunjuk mengenai kemungkinan adanya
sebuah pusat kekuasaan di daerah tersebut bahkan sejak masa sebelum kemunculan
Kerajaan Sriwijaya.
Pusat kekuasaan tersebut meninggalkan banyak temuan arkeologi berupa sisa-sisa dari sebuah bangunan candi Hindu (Waisnawa) yang terbuat dari batu lengkap dengan arca-arca batu, di antaranya yaitu dua buah arca Wisnu dengan gaya mirip dengan arca-arca Wisnu yang ditemukan di daerah Lembah Mekhing, Semenanjung Malaka, dan Cibuaya, Jawa Barat, yang berasal dari masa sekitar abad ke-5 dan ke-7 masehi.
Sebelumnya, di situs Kota Kapur selain telah ditemukan sebuah inskripsi batu dari Kerajaan Sriwijaya yang berangka tahun 608 Saka (=686 Masehi), telah ditemukan pula peninggalan - peninggalan lain yaitu di antaranya sebuah arca Wisnu dan sebuah arca DurgaMahisasuramardhini. Dari peninggalan-peninggalan arkeologi tersebut nampaknya kekuasaan di Pulau Bangka pada waktu itu bercorak Hindu-Waisnawa, seperti halnya di Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat.
Temuan lain yang penting dari situs Kota Kapur ini adalah peninggalan berupa benteng pertahanan yang kokoh berbentuk dua buah tanggul sejajar terbuat dari timbunan tanah, masingmasing panjangnya sekitar 350 meter dan 1200 meter dengan ketinggian sekitar 2–3 meter. Penanggalan dari tanggul benteng ini menunjukkan masa antara tahun 530 M sampai 870 M. Benteng pertahanan tersebut yang telah dibangun sekitar pertengahan abad ke-6 tersebut agaknya telah berperan pula dalam menghadapi ekspansi Sriwijaya ke Pulau Bangka menjelang akhir abad ke-7.
Penguasaan Pulau Bangka oleh Sriwijaya ini ditandai dengan dipancangkannya inskripsi Sriwijaya di Kota Kapur yang berangka tahun 608 Saka (=686 Masehi), yang isinya mengidentifikasikan dikuasainya wilayah ini oleh Sriwijaya. Penguasaan Pulau Bangsa oleh Sriwijaya ini agaknya berkaitan dengan peranan Selat Bangsa sebagai pintu gerbang selatan dari jalur pelayaran niaga di Asia Tenggara pada waktu itu. Sejak dikuasainya Pulau Bangka oleh Sriwijaya pada tahun 686 maka berakhirlah kekuasaan awal yang ada di Pulau Bangka.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari kerajaan-kerajaan di Indonesia dapat disimpulkan bahwa keagamaan yang belum bercorak islam seperti Hindu dan Buddha masih memegang tradisi penyembahan terhadap berhala berupa arka dan patung-patung dewa. Hal ini dapat kita lihat dengan masih adanya candi-candi yang masih ada hingga saat ini, sedangkan kerajaan yang bercorak islam di Indonesia dapat kita lihat dari bentuk-bentuk masjid yang masih menyerupai kemiripan dengan candi dan dapat kita lihat juga makam-makam dari peninggalan kerajaan Islam tersebut.
Dengan demikian kerajaan-kerajaan di indonesia dapat dijadikan dasar kebudayaan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu Indonesia mempunyai keanekaragaman kebudayaan.
3.2 Saran
Saran untuk pelajar agar dapat lebih memahami isi makalah ini. Dan dijadikan informasi atau ilmu yang sangat bermanfaat terutama dalam pembahasan tentang kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Soekmono, R, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 2, (Yogyakarta: Kanisius, 2008).
Soekmono, R, Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 3,
(Yogyakarta: Kanisius, 2006)
0 Response to "MAKALAH KERAJAAN-KERAJAAN YANG PERNAH JAYA DI INDONESIA"
Posting Komentar